Pendekatan Struktural-analisatis (Dirasah Tahliliyyah) Terhadap
Novel yang Berjudul
“Negeri
Lima Menara” Karya A. Fuadi
A.
Komentar Terhadap Novel yang Berjudul “Negeri Lima Menara”
Pendekatan struktural-analistis merupakan pendekatan yang membahas tentang
aspek-aspek yang membangun karya sastra[1].
Pendekatan ini sering juga disebut pendekatan objektif, pendekatan formal, dan
pendekatan analistik. Pendekatan struktural-analistik ini harus menafikan
unsur-unsur ekstrinsik dalam karya sastra, karena ia tidak ada kaitan langsung
dengan struktur karya sastra tersebut[2], sedangkan yang wajib adanya adalah unsur-unsur intrinsik.
Dalam novel “Negeri Lima Menara” karya A. Fuadi ini fokus
penelitian saya adalah terfokuskan pada tokoh dan penokohan, karena tokoh utama
(Alif) dalam novel ini sangat mengesankan hati, yaitu dimulai dengan tanpa
pengalaman keluar atau bahkan tidak pernah menginjak tanah luar Minagkabau.
Tiba-tiba dia harus menlintasi tanah Sumatera menuju sebuah desa di pelosok
Jawa Timur. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah bundanya: belajar di
pondok, karena ibunya ingin dia (Alif) menjadi Buya Hamka, walau dia sendiri
ingin menjadi Habibie.
Di hari pertamanya dia nyantri, di Pondok Madani (PM), Alif
tersihir dengan “mantera” mujarrab man jadda wajada. Siapa yang
bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Alif berteman dengan Raja dari Medan,
Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari
Gowa. Mereka duduk mantap di kaki menara masjid menunggu Maghrib sambil
memandangi awan lembayung yang berarak ke ufuk. Awan-awan itu seketika dalam
angan mereka menjelma menjadi negeri dan benua impian mereka masing-masing. Ke
manakah impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah:
jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun, Tuhan Maha Mendengar[3].
Kalimat man jadda wajada yang telah menyihir tokoh utama ini
yang sangat mengesankan hati, karena dengan kalimat itu dia (Alif si tokoh
utama) dan teman-temannya menjadi yakin bahwa Allah Maha Mendengar dan
Mengabulkan segala impian, maka mereka sepakat mengatakan bahwa, jangan pernah
remehkan impian atau pun cita-cita, walau setinggi apa pun. Kalimat itulah yang
menyamangati mereka terus belajar meraih cita-cita, dan kalimat itu juga sangat
inspiratif dan menarik untuk di kaji dan diteliti.
Sungguh dia (Alif) dan teman-temannya merupakan tokoh teladan hasanah\
yang juga bisa diambil manfaatnya oleh masyarakat seperjuangan (yang sama-sama
menempuh cita-cita; masyarakat pondok khususnya) dan masyarakat umum.
Pendekatan Struktural-analistis terhadap novel yang berjudul “
Negeri Lima Menara” karya A. fuadi adalah untuk menginspirasi semua kalangan
yang ingin ada perubahan pada dirinya; perubahan pada yang lebih baik dan biar
lebih semangat menjalani hidup di dunia yang fana ini, karena novel ini memang
dibangun dan terinspirasi dari kisah nyata.
Alif adalah tokoh inspirator bagi kita dan bagi orang yang
benar-benar menghayati dan memperhatikan gerak-geriknya, kemudian
merealisasikannya di alam nyata pula.
B.
Penerapan Pendekatan Struktural-analistis
Pendekatan structural-analistis jika diterapkan pada novel ini
khususnya, pada karya sastra pada umumnya akan diketahui dari tokoh, tema dan
unsur-unsur intrinsic lainnya yang terdapat dalam sebuah karya sastra tersebut
dan telah diterapkan oleh pengarang.
Setelah menguasai Penerapan Struktural-analistis di atas, peneliti
bermaksud menerapkan pendekatan ini dalam novel yang berjudul “Negeri Lima
Menara” karya A. fuadi. Penerapan pendekatan structural-analistis ini, penyaji
sajikan dalam kutipan-kutipan seperti di bawah ini, sebagai beriku:
Kalimat yang
sangat energik, kalimat yang bisa menyihir (penambah semangat) bagi tokoh Alif
dalam dalam novel ini dan mereka yang benar-benar menghayati isi kandungan kalimat
tersebut. Banyangkan saja, mulai tokoh ini pertama (hari pertama) kali masuk
sekolah sudah dicekoki dengan kalimat ini oleh ustadznya.
2. Banyak keajaiban di dunia ini karena orang memasang tekat dan niat,
dan lalu merealisasikannya. Akupun percaya dengan “man jadda wajada”…[5]
Dalam kutipan
ini menegaskan bahwa, dengan adanya keingian yang menggebu-gebu, niat yang
mantap, usaha yang sungguh-sungguh dan baru kemudaian meyakini apa yang dia
cita-citakan, maka cita-citanya akan terkabulkan Allah, dengan kata lain
sukses. Apalagi disemangati dengan kalimat “man
jadda waja”, sungguh luar biasa tokoh ini.
C.
Langkah-langkah Pendekatan Struktursl
Pendekat structural-analistis merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan untuk meneliti karya sastra, seperti gender sastra[6] (puisi, drama dan prosa), baik itu sastra Arab maupun sastra non
Arab (‘ajami). Pendekatan ini memungkan bahwa suatu sastra dianggap
cerminan kehidupan tokoh, tema dan unsur-unsur intrinsik lainnya. Objek
penelitian ini, saya (peneliti) memfokuskan pada tokoh (salah satu unsur-unsur intrinsik)
dalam novel ini.
Langkah-langkah pendekatan structural-analistis, sebagai berikut:
1.
Hunting
data dan sumber data. Mencari data dari
dua sumber data, primer (novel Negeri Lima Menara) dan sekunder (buku-buku yang
mendukung pendekatan ini).
2.
Membaca. Membaca dengan seksama guna menemukan permasalahan yang
akan dibahas.
3.
Mengidentifikasi data.
4.
Mengumpulkan data. Setelah mengidentifikasi data, kemudian
mengumpulkan data yang akan dibahas.
5.
Memilah data. Setelah mengumpulkan data, kemudian memilah-milah
data yang perlu dibahas.
6.
Menyajikan data. Kemudian data tersebut disajikan, agar pembaca
tidak kesulitan dalam membaca.
7.
Menyimpulkan data. Kesimpulan merupakan hal penting dalam sebuah penelitian,
maka kesimpulan merupakan keharusan adanya dalam sebuah penelitaian.
D.
Hipotesia
Hipotersa yang dapat diungkapkan dalam pendekatan terhadap novel
yang berjudul “Negeri Lima Menara” karya A. fuadi di atas adalah bahwa:
1. Keyakinan yang teguh, niat yang mantap dan usaha yang
sungguh-sungguh akan membuahkan kesuksesan yang gemilang, tokoh dalam novel ini
telah membuktikannya. Tidak diragukan lagi, karena novel ini dikarang memang
termotifasi oleh kejadian-kejadian dan kisah-kisah yang nyata.
2. Hidup di dunia ini butuh motifator yang bisa menciptakan kobaran
api semangat bagi mereka yang termotifasi. Motifator dalam novel ini adalah
kalimat”man jadda wajada”, (siapa
yang bersungguh-sungguh akan sukses).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Asep Abbas, 2007, Metode Penelitian Bahasa Dan Sastra Arab,
Bandung: Penerbit ITB.
Fuadi, A., 2010, Negeri Lima Menara, cetakan ke-4,
Jakarta: Gramedia.
[1] Asep Abbas Abdullah, Metode Penelitian Bahasa dan Sadtra Arab, Bandung:
ITB., 2007, hal. 20.
[2] Ibid. hal. 21.
[3] A. fuadi, Negeri Lima Menara, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010, (dalam sampul belakang).
[4] A . Fuadi, Negeri Lima Menara, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010, hal. 40
[5] Ibid. hal. 233.
[6] Asep Abbas Abdullah, Metode Penelitian Bahasa dan Sastra Arab, Bandung:
ITB., 2007, hal. 20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar