Selasa, 15 Oktober 2013

SEBUAH PENDEKATAN STRUKTUR-ANALISIS TERHADAP NOVEL "NEGERI LIMA MENARA"




Pendekatan Struktural-analisatis (Dirasah Tahliliyyah) Terhadap Novel yang Berjudul
“Negeri Lima Menara” Karya A. Fuadi

A.    Komentar Terhadap Novel yang Berjudul “Negeri Lima Menara”
Pendekatan struktural-analistis merupakan pendekatan yang membahas tentang aspek-aspek yang membangun karya sastra[1]. Pendekatan ini sering juga disebut pendekatan objektif, pendekatan formal, dan pendekatan analistik. Pendekatan struktural-analistik ini harus menafikan unsur-unsur ekstrinsik dalam karya sastra, karena ia tidak ada kaitan langsung dengan struktur karya sastra tersebut[2], sedangkan yang wajib adanya adalah unsur-unsur intrinsik.
Dalam novel “Negeri Lima Menara” karya A. Fuadi ini fokus penelitian saya adalah terfokuskan pada tokoh dan penokohan, karena tokoh utama (Alif) dalam novel ini sangat mengesankan hati, yaitu dimulai dengan tanpa pengalaman keluar atau bahkan tidak pernah menginjak tanah luar Minagkabau. Tiba-tiba dia harus menlintasi tanah Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah bundanya: belajar di pondok, karena ibunya ingin dia (Alif) menjadi Buya Hamka, walau dia sendiri ingin menjadi Habibie.
Di hari pertamanya dia nyantri, di Pondok Madani (PM), Alif tersihir dengan “mantera” mujarrab man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Mereka duduk mantap di kaki menara masjid menunggu Maghrib sambil memandangi awan lembayung yang berarak ke ufuk. Awan-awan itu seketika dalam angan mereka menjelma menjadi negeri dan benua impian mereka masing-masing. Ke manakah impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun, Tuhan Maha Mendengar[3].
Kalimat man jadda wajada yang telah menyihir tokoh utama ini yang sangat mengesankan hati, karena dengan kalimat itu dia (Alif si tokoh utama) dan teman-temannya menjadi yakin bahwa Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan segala impian, maka mereka sepakat mengatakan bahwa, jangan pernah remehkan impian atau pun cita-cita, walau setinggi apa pun. Kalimat itulah yang menyamangati mereka terus belajar meraih cita-cita, dan kalimat itu juga sangat inspiratif dan menarik untuk di kaji dan diteliti.
Sungguh dia (Alif) dan teman-temannya merupakan tokoh teladan hasanah\ yang juga bisa diambil manfaatnya oleh masyarakat seperjuangan (yang sama-sama menempuh cita-cita; masyarakat pondok khususnya) dan masyarakat umum.
Pendekatan Struktural-analistis terhadap novel yang berjudul “ Negeri Lima Menara” karya A. fuadi adalah untuk menginspirasi semua kalangan yang ingin ada perubahan pada dirinya; perubahan pada yang lebih baik dan biar lebih semangat menjalani hidup di dunia yang fana ini, karena novel ini memang dibangun dan terinspirasi dari kisah nyata.
Alif adalah tokoh inspirator bagi kita dan bagi orang yang benar-benar menghayati dan memperhatikan gerak-geriknya, kemudian merealisasikannya di alam nyata pula.

B.     Penerapan Pendekatan Struktural-analistis
Pendekatan structural-analistis jika diterapkan pada novel ini khususnya, pada karya sastra pada umumnya akan diketahui dari tokoh, tema dan unsur-unsur intrinsic lainnya yang terdapat dalam sebuah karya sastra tersebut dan telah diterapkan oleh pengarang.
Setelah menguasai Penerapan Struktural-analistis di atas, peneliti bermaksud menerapkan pendekatan ini dalam novel yang berjudul “Negeri Lima Menara” karya A. fuadi. Penerapan pendekatan structural-analistis ini, penyaji sajikan dalam kutipan-kutipan seperti di bawah ini, sebagai beriku:
1.      …Man jadda wajada…[4]

Kalimat yang sangat energik, kalimat yang bisa menyihir (penambah semangat) bagi tokoh Alif dalam dalam novel ini dan mereka yang benar-benar menghayati isi kandungan kalimat tersebut. Banyangkan saja, mulai tokoh ini pertama (hari pertama) kali masuk sekolah sudah dicekoki dengan kalimat ini oleh ustadznya.

2. Banyak keajaiban di dunia ini karena orang memasang tekat dan niat, dan lalu merealisasikannya. Akupun percaya dengan “man jadda wajada”[5]

Dalam kutipan ini menegaskan bahwa, dengan adanya keingian yang menggebu-gebu, niat yang mantap, usaha yang sungguh-sungguh dan baru kemudaian meyakini apa yang dia cita-citakan, maka cita-citanya akan terkabulkan Allah, dengan kata lain sukses. Apalagi disemangati dengan kalimat “man jadda waja”, sungguh luar biasa tokoh ini.


C.    Langkah-langkah Pendekatan Struktursl
Pendekat structural-analistis merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk meneliti karya sastra, seperti gender sastra[6] (puisi, drama dan prosa), baik itu sastra Arab maupun sastra non Arab (‘ajami). Pendekatan ini memungkan bahwa suatu sastra dianggap cerminan kehidupan tokoh, tema dan unsur-unsur intrinsik lainnya. Objek penelitian ini, saya (peneliti) memfokuskan pada tokoh (salah satu unsur-unsur intrinsik) dalam novel ini.
Langkah-langkah pendekatan structural-analistis, sebagai berikut:
1.      Hunting data dan sumber data.  Mencari data dari dua sumber data, primer (novel Negeri Lima Menara) dan sekunder (buku-buku yang mendukung pendekatan ini).
2.      Membaca. Membaca dengan seksama guna menemukan permasalahan yang akan dibahas.
3.      Mengidentifikasi data.
4.      Mengumpulkan data. Setelah mengidentifikasi data, kemudian mengumpulkan data yang akan dibahas.
5.      Memilah data. Setelah mengumpulkan data, kemudian memilah-milah data yang perlu dibahas.
6.      Menyajikan data. Kemudian data tersebut disajikan, agar pembaca tidak kesulitan dalam membaca.
7.      Menyimpulkan data. Kesimpulan merupakan hal penting dalam sebuah penelitian, maka kesimpulan merupakan keharusan adanya dalam sebuah penelitaian.

D.    Hipotesia
Hipotersa yang dapat diungkapkan dalam pendekatan terhadap novel yang berjudul “Negeri Lima Menara” karya A. fuadi di atas adalah bahwa:
1.  Keyakinan yang teguh, niat yang mantap dan usaha yang sungguh-sungguh akan membuahkan kesuksesan yang gemilang, tokoh dalam novel ini telah membuktikannya. Tidak diragukan lagi, karena novel ini dikarang memang termotifasi oleh kejadian-kejadian dan kisah-kisah yang nyata.
2.    Hidup di dunia ini butuh motifator yang bisa menciptakan kobaran api semangat bagi mereka yang termotifasi. Motifator dalam novel ini adalah kalimat”man jadda wajada”, (siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses).







DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Asep Abbas, 2007, Metode Penelitian Bahasa Dan Sastra Arab, Bandung: Penerbit ITB.
Fuadi, A., 2010, Negeri Lima Menara, cetakan ke-4, Jakarta: Gramedia.


[1] Asep Abbas Abdullah, Metode Penelitian Bahasa dan Sadtra Arab, Bandung: ITB., 2007, hal. 20.
[2] Ibid. hal. 21.
[3] A. fuadi, Negeri Lima Menara, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010, (dalam sampul belakang).
[4] A . Fuadi, Negeri Lima Menara, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010,  hal. 40
[5] Ibid. hal. 233.
[6] Asep Abbas Abdullah, Metode Penelitian Bahasa dan Sastra Arab, Bandung: ITB., 2007, hal. 20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar